Molen Jameela . . . Cemilan Murah Meriah Syarat Makna

DSC02201

Buat yang berdomisili di wilayah Malang kota dan sekitarnya yang senang hunting makanan, apalagi murah dan enak, cobain cemilan Molen Jameela. Molen ini sebenarnya sama seperti molen lainnya. Berkat nama yang unik , membuat molen satu ini tidak sepi dari pembeli. Rasanya juga lumayan, teksturnya tebal dan isinya padat, gak seperti molen lain yang isinya sedikit. Eh Ini bukan promosi ya . . . cuma testimoni 😛 . 

Pertama kali dengar namanya, mungkin orang beranggapan yang punya usaha molen ini nge-fans sama penyanyi Mulan Jameela. Karena rasa penasaran, saya langsung tanyakan ke penjualnya yakni Bapak Edi Sunyoto. Ternyata nama Jameela itu diambilnya dari Al-Qur’an yang artinya cantik. “ Sesuatu yang cantik dari awal akan banyak yang tertarik.” Ujar bapak dua anak tersebut kepada ganzimaru.wp.com . Mendengar pernyataan Pak Edi tersebut membuat saya takjub. Nama yang menurut kita biasa, ternyata punya filosofi tersendiri sekaligus menjadi doa agar usahanya lancar. Saya baru tahu malah arti nama itu.

DSC02203

Molen Jameela itu sendiri tidak pakai warung tetap, melainkan menggunakan gerobak pancal yang setiap harinya buka di daerah suhat Kota Malang, tepatnya di dekat gapura Jl. Semanggi Barat. Meski tidak pakai warung tetap, Pak Edi yang biasa dibantu istrinya berjualan tersebut mengaku usahanya tidak mengalami kendala berarti. Karena pakai gerobak itulah dirinya bisa fleksibel mau buka kapan saja,tapi biasanya dari siang sampai malam. Nah karena nama yang unik dan lokasi di pinggir jalan raya, gak heran banyak orang yang penasaran nyicipin molen yang juga buka cabang di UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) kampus 3 ini.

Saat disinggung tentang jualan molen ini, Pak Edi menuturkan usaha Molen Jameela-nya ini merupakan usaha rintisan sejak 2005 lalu. Sebelumnya, bapak yang salah satu anaknya studi di pondok pesantren daerah Banjar tersebut pernah bekerja sebagai tukang , supir, sampai jualan bakso. Sampai akhirnya Pak Edi memilih usaha molen dan mulai berjualan di sekitar UB (Universitas Brawijaya) sebelum akhirnya pindah ke daerah samping gapura jl. semanggi barat.

DSC02205

Hanya dengan banderol harga molen Rp 150 / buah, dan dengan rasa coklat, tape, kacang ijo, dan pisang, penghasilan per bulan dari usaha molen ini menurut Pak Edi yang tinggal bersama keluarga di daerah Kemirihan, Malang ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keinginan besar menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi menjadi motifasi tersendiri bagi beliau dan istri. Oh iya, mungkin memang sudah rejeki,  usaha Molen Jameela ini pernah juga dimuat di Koran Surya, Radar Malang (grup Jawa Pos) dan juga pernah masuk di Malang TV. Menurut Pak Edi, dulu ada syuting film layar lebar yang men-shoot ia saat tengah berjualan, namun beliau tidak tahu apa nama filmnya , ambil gambarnya diam-diam sih 😉 .

Entah kenapa waktu itu obrolan saya dengan Pak Edi mengalir begitu saja. Semoga obrolan ringan saya dengan seorang wirausahawan yang berjuang mencari rejeki dengan berjualan molen yang enak ini menjadi inspirasi tersendiri bagi kita semua. Ingat arti filosofisnya, “Sesuatu yang cantik dari awal akan membuat banyak orang tertarik” 🙂 .

(bfa)

DSC04846

Posted on 27.04.2013, in Kuliner and tagged , , . Bookmark the permalink. 5 Comments.

  1. Kreatif nih. Anak muda harusnya belajar jadi wirausahawan kaya gini. Jangan melulu pengin jadi karyawan pabrik 😦

  2. hmm ajiiib,..ane suka ini 😀 , sering beli jg di sekitaran sekolahan anak2 SD :mrgreen:

Leave a comment