Hasduk Berpola : Sampaikan Nasionalisme Dengan Pramuka

Ketika para pejabat saat sidang paripurna DPR lupa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pada 2009 silam, apakah itu berarti nasionalisme mereka sudah mulai luntur ?. Berawal dari hal memalukan ini, Harris Nizam, sutradara film Surat Kecil Untuk Tuhan berinisiatif menghadirkan film bertema nasionalisme dengan mengangkat sisi keseharian yang sering kita temui.

Awal bulan maret  kemarin, Harris Nizam berkesempatan mengisi acara workshop penyutradaraan dan akting di Universitas Brawijaya, Malang. Dalam acara tersebut Harris Nizam berkesempatan memberikan semacam kuliah umum kepada seluruh hadirin di gedung widyaloka tersebut tentang bagaimana proses pembuatan film mulai dari pengembangan ide, perencanaan konsep, pemilihan pemain, proses editing, hingga mengupas tips saat mengikuti casting, dsb. Semua dibahas tuntas diacara yang diselenggarakan oleh UKM perfilman Nol Derajat tersebut. Disesi terakhir, Harris Nizam berkesempatan mengenalkan film terbarunya, Hasduk Berpola.

DSC04724

Harris Nizam mengatakan kenapa tema nasionalisme dibuat dalam konsep pramuka, karena ia menganggap pramuka lebih merakyat dan sudah menjadi bagian dari pengembangan siswa saat ditingkat sekolah dasar. Serta pramuka baginya tidak terlalu fokus hanya kepada bidang baris berbaris saja (seperti paskibra yang identik dengan baris-berbaris), namun pramuka mengajarkan banyak hal termasuk mendidik siswa menjadi pribadi yang lebih santun dan berakhlak mulia.

Hasduk berpola menceritakan seorang anak yang ingin membahagiakan kakeknya. Seorang anak yang semula nakal , berangsur-angsur menjadi baik perilakunya setelah ia mengikuti pramuka. pemeran utama film ini berasal dari putra daerah asli Bojonegoro dan Surabaya. Dan Harris Nizam serta crew-nya berhasil menjaring anak-anak daerah yang berbakat akting dan diajak bermain dalam film ini. Selain itu artis nasiona juga turut bermain dalam film ini seperti Fay Nabila, Idris Sard, Calvin Jeremy, Petra Sihombing, dll.

Hasduk Berpola ini sudah tayang di bioskop sejak 21 Maret lalu. Saya menangkap kratifitas semua orang yang terlibat dalam film ini. Bagaimana rasa nasionalisme disampaikan secara apik di film berdurasi 100 menit , menjadikan tontonan yang memberikan inspirasi bagi yang menonton. Makin kesini film Indonesia mulai menunjukkan kreatifitas ide, tidak meluludijejali film genre horror yang tidak jelas maksudnya 😕 .  Apalagi kemarin merupakan hari perfilman nasional (30/3) , maju terus film indonesia 🙂 .

– Aragani –

Posted on 31.03.2013, in Movies and tagged , . Bookmark the permalink. 4 Comments.

  1. Wow ada latar belakang kayangan api sama waduk pacalnya
    kangen 😦

    Mindik2 ke Kahyangan Api dan Waduk Pacal (Bojonegoro, Jatim)

  2. smartfren memang anti lelet yang lelet

Leave a comment